Sabtu, 20 Mei 2017

SEBUAH CATATAN UNTUK PERTUNJUKKAN TEATRIKAL “KETIKA IBLIS MENIKAHI SEORANG PEREMPUAN” OLEH TEATER MARGIN


Menyenangkan dan menarik bisa melihat aksi teatrikal secara langsung yang disajikan oleh anak-anak muda Fakultas Ekonomi Unsoed yang tergabung dalam Teater Margin dengan judul, Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan. Biasanya saya hanya menonton dari layar televisi atau membaca sejumlah laporan koran perihal berbagai laporan pementasan sebuah teater. Dengan melihat secara langsung sebuah pertunjukkan teater maka terjadi interaksi emosional dengan kisah dan tokoh yang dihadirkan. Apalagi jika didukung dengan penataan dan permainan cahaya serta iringan musik yang melatarbelakangi sebuah moment dalam setiap babak aksi teatrikal. Seluruh aksi pementasan yang sinergis dan maksimal baik dari segi permainan peran, efek pencahayaan serta iringin musik pasti akan menimbulkan kesan yang terus hidup dalam pikiran pemirsa sekalipun pertunjukkan tersebut telah usai. Inilah yang dalam bahasa Sosiologi Komunikasi diistilahkan dengan theater of mind (H.M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi di Masyarakat, 2006:177).

Senin, 08 Mei 2017

ROKOK KLEMBAK MENYAN GOMBONG: Potret Aktivitas Ekonomi Klasik dan Sejarah Publik


Dibalik aneka ragam persaingan bisnis rokok nasional dan internasional serta regulasi pemerintah yang membatasi dan melarang aktifitas merokok di ruangan publik yang telah ditetapkan (sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 “Tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan” dan Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 “Tentang Kesehatan”), di pusat kota Gombong tepatnya Jl. St. Wonokriyo, aktifitas produksi rokok lokal yang telah berdiri sejak tahun 1950 tetap bergeliyat. 

Namanya adalah Perusahaan Rokok Klembak Menyan “Sintren” yang dikelola oleh Edi Hendrawanto. Perusahaan ini berjaya pada tahun 1950-an dan yang masih tetap bertahan hingga hari ini di saat perusahaan lainnya telah gulung tikar. Diawali dari  pasangan suami istri The Tjoan (Agus Subianto) dan Tjo Goe Nio (Setiawati)yang memperoduksi rokok klembak menyan merek “Sintren”, “Togog” dan “Bangjo”, usaha ini kemudian diteruskan oleh 3 anak dari 9 anak keturunan The Tjoan atau Agus Subianto yaitu Budi Susanto (mengelola rokok “Togog”) Edi Hartanto (mengelola rokok “Sintren”) dan Edi Hendrawanto (mengelola rokok “Bangjo”).

Senin, 01 Mei 2017

MENYULING KOPI DENGAN BAMBU: Menikmati Cita Rasa Kopi Dengan Konsep Baru Ala Yuri Dulloh, Ambal Kebumen




Kopi, sebagaimana tumbuhan lainnya memerlukan sejumlah prasyarat agar menghasilkan density atau kadar kekerasan biji kopi yang diinginkan yaitu: Pertama, elevation (ketinggian). Rata-rata kopi (baik Arabica dan Robusta) mensyaratkan lokasi ketinggian di perbukitan atau pegunungan untuk pertumbuhannya. Untuk Arabica membutuhkan tinggi 900-1800 dari permukaan laut sementara Robusta di bawa 900 meter. Kedua, iklim dan curah hujan. Dikarenakan cahaya matahari langsung dan curah hujan secara langsung kurang baik untuk pertumbuhan kopi maka diperlukan shade grown atau tanaman penaung agar melindungi kopi dari cahaya matahari berlebihan. Ketiga, tanaman kopi membutuhkan temperatur yang sejuk yaitu sekitar 16-18 Celcius. Keempat, tanaman kopi membutuhkan unsur hara dalam tanah dalam jumlah yang maksimal. Oleh karenanya tanah yang mengandung hara biasanya terkandung dari bahan-bahan vulkanis, maka unsur itu hanya di dapat di daerah pegunungan. Kelima, perawatan yang meliputi pemupukkan dari bahan-bahan organik ( 5 Syarat Budidaya Pohon Kopi – ilmubarista.com). Namun persyaratan di atas khususnya bagian yang pertama yaitu ketinggian tidak berlaku bagi Yuri Dulloh, pengusaha kopi dari daerah Pucangan, Ambal yang sudah menekuni usahanya selama 10 tahun ini. Kopi yang diproduksi dengan merek Yuam Roasted Coffe di tanam di lokasi tanah datar yang jaraknya beberapa kilometer saja dari bibir pantai. Dan hasilnya tidak kalah baik dibandingkan jenis kopi yang ditanam di dataran tinggi bahkan memiliki sejumlah karakteristik khas yang tidak didapati di daerah lainnya.